Tuesday, February 8, 2011

Good Person

“Good people are taken, into someone, or not into relationship”

**

Raga berdiri di pinggir lapangan basket. Jari-jarinya terkait pada kawat pagar yang berfungsi untuk menghalagi orang bodoh yang termenung di pinggir lapangan sepertinya untuk terkena pantulan bola nyasar yang pasti akan merobohkannya dalam satu kali serangan. Ia tidak memperhatikan apapun yang bergerak di dalam lapangan tersebut. Tidak dribble yang tiada berhenti maupun treepoint yang tak pernah meleset. Ia mempunyai sesuatu yang menguasai pandangnya.
Wajah manis dihiasi bibir mungil berwarna pink, mata bercahaya dengan bulu mata yang lentik, serta rambut yang tergerai sempurna tanpa kusut walaupun angin berhembus tanpa ampun hari ini. Hari ini ia memakai jeans biru muda dan sweater rajut hitam yang kian menambah kontras pada kulit putihnya. “Claris”, Raga bergumam pelan. Tak akan cukup untuk menjangkau pendengaran gadis itu. Raga memang tak ingin memanggilnya, terlalu beresiko kerena gadis itu bahkan hanya tahu mereka pernah satu kelas saat di sekolah dasar. Bahkan mungkin ia tak ingat sama sekali. Hal terberani yang Raga bisa lakukan adalah menyimpan angannya selama bertahun-tahun.
Tanpa sadar, permainan sore ini telah selesai. Para pemuda tegap itupun beranjak ke pinggir lapangan, salah satunya berjalan ke arah Clarissa lalu ia berkata ”Sayang, pulang yuk!”

***
Selulernya tak kunjung membuatnya senang, benda yang seharusnya canggih itu menunjukan tanda low-batt. Padahal belum ada setengah hari ia memakainya. Rassel terpaksa men-chargenya dengan keadaan hidup. Sebuah hal yang tabu ia lakukan sebenarnya. Dari penjual di toko seluler, ia dinasehati untuk tidak membiarkan selulernya menyala saat mengisi baterai. ”Nanti batrenya cepet soak, mbak.” ujar si penjual saat itu. Saat ini, ia terpaksa membuat pengecualian
Rassel tak ingin melewatkan dering nada pesan masuk dari selulernya. Ia ingin melihat nama Arka muncul dan membuatnya terlonjak senang. Pemuda itu akan membawanya ke pembicaraan aneh yang selalu menarik walaupun kadang ia perlu membaca lebih lanjut tentang apa yang mereka bicarakan. Namun yang muncul satu jam kemudian hanyalah tulisan ”Battery fully charged” yang menluluhkan semangatnya.
Rassel menghela nafas. Ia tahu selulernya tak akan menunjukan apapun. Tidak berdering dengan nada pesan masuk, apalagi sambungan telepon. Tidak mungkin ada naman Arka dilayar tersebut. Ia sadar Arka sebenarnya tidak pernah membawanya ke pembicaraan aneh yang selalu ia nikmati, malah sebaliknya ia yang menciptakan topik-topik itu, Arka hanya menanggapi dan memberikan sudut pandang yang selalu memikatnya. Sialnya, pengolahan data di kepala Rassel sudah bercampur dengan perasaan aneh yang membuat logikanya menjadi kacau saat mendengar statement Arka beberapa waktu lalu, ”I enjoy being single”.

***

Raga dan Rassel. Mungkin mereka terpisah puluhan kilometer di kota yang berbeda. Atau hanya belasan kilometer di tempat yang beda. Maupun berselisih beberapa meter di ruangan yang berbeda. Dimanapun keberadaannya, kedua orang itu tetap akan menjadi individu kesepian karena mengisi kepalanya dengan sosok hampir maya yang bahkan tak pernah memikirkan mereka.

***

"A good person is those who stupidly keep an empty hope to feel full"