Wednesday, April 25, 2012

Gloomy Palm Face

Tukang bunga itu memastikan lagi pesanan yang ia terima kemarin. Lima tangkai mawar putih disusun dengan buket berpita merah.
“1, 2, 3, 4, 5...” hitungnya.
Tak lama seorang pemuda datang mengambil buket itu, jam 5 sore, seperti yang dipesan kemarin. Begitu tepat, tak kurang, tak lebih.
“Selamat ya, mas.” Ujar tukang bunga itu.
“Kenapa, mas?” Pemuda itu bertanya heran.
“Untuk pacarnya ‘kan?”
Si pemuda hanya tersenyum kecil lalu membayar uang pas. Setelah berucap terima kasih, ia segera pergi seakan terburu-buru mengejar sesuatu.

***

Gadis itu melangkah terburu, ia bahkan tak membuang waktu menikmati cuaca sore yang sejuk karena hujan siang tadi. Ia juga tidak peduli ada pelagi yang centil muncul diatas sana. Ia hanya ingin cepat mengambil pesanannya.
 “Syukur lah belum tutup...” serunya sambil mengambil nafas.
“Belum kok, Neng. Santai aja. Oiya, ini replika vw kodoknya, mirip kan ama gambar yang eneng kasih?”
Tukang kayu itu sumringah sambil menunjukan karyanya. Replika VW Beatle dengan warna merah yang mecolok, detailnya halus seperti buatan toko mahal.
“Buat pacarnya ya, Neng?”
Si gadis tersenyum kecil sembari membayar. Ia pun tidak berucap lagi selain sebuah ucapan terima kasih sampai langkahnya menjauh.

***

Pukul 8 malam. Sepertinya langit belum puas memeras awannya tadi siang, hujan mengguyur lagi. Sensasi petir dan angin menambah rusuh keadaan di luar. Untung pemuda dan gadis itu sudah bernaung aman di kamar mereka masing-masing memegang apa yang pagi dan sore ini mereka ambil.

Buket bunga itu masih segar. Ingatan si pemuda tentang seseorang yang mungkin akan marah-marah ketika diberi buket bunga ini menyeruak.  
“No flower should be sacrified to make one happy!”

Di lain tempat, replika mobil itu belum sekalipun lepas dari pandangan si gadis. Jemarinya menyentuh replika itu dengan hati-hati, seketika itu sebuah memori suara berputar di kepalanya.
“I really want to have that kind of car someday.”

Mereka berdua menghela nafas dan menenggelamkan wajah dalam telapak tangan masing-masing.

Saturday, April 21, 2012

Failed Birthday Surprise

"Will you tell me, Dad, puh-liiissshhhh..." Helga masih memohon.

Sang ayahnya belum tampak jengah, Malah menikmati. Tidak ada yang bisa mengalahkan saat-saat dimana gadis kecilnya memohon untuk sesuatu. Helga sangat cuek atas apapun, namun kali ini sang ayah bisa membuatnya merengek nyaris seharian penuh apabila sang ibu tidak tiba-tiba masuk dan membunuh kesenangannya.

"You will get your new bike tomorrow. Besok." kata sang ibu tiba-tiba.
"Hey, that's my surprise!" Protes sang ayah.
"I'm the mom, I do what i want. Toh ayah juga akan tunjukan sepedanya di gudang besok."
"Heeeyyyy...!" protes sang ayah makin meninggi.
Sang ibu hanya nyengir, tanpa rasa bersalah beranjak ke dapur.
"Ayaaahhh... Kita ke gudang sekarang yaaa.. Boleh yaaa..." ajak Helga dengan mata berbinar-binar "I need to train how to run away if zombie apocalypse strike"
"With a bike?"
"I'll put a jet pack on it"
Sang ayah tak bisa menahan geli sekaligus takjub, berusia 8 tahun dan gadisnya bicara zombie dan jet pack.