Wednesday, February 25, 2015

Something Unimaginary (1)

Ding! Layar seluler Agra menunjukan masuknya pesan baru dari Reika.

     Boook, abangnya ganteng!!

Dahinya segera menggerenyit

-

“Ya ampun, udah kubilang itu message buat Ana. Kita lagi ngomongin Big Hero Six. Yang ganteng itu Tadashi. Abangnya Hiro. Tokoh utama di film itu!!!”
Entah sudah berapa kali Agra mendengar penjelasan Reika bahwa pesan yang diterimanya minggu lalu hanyalah sekedar pesan nyasar. Namun sesuatu masih mengganjal pikirnya.
“Guanteng bianget?” Agra akhirnya angkat bicara
“Yes!” Jawab Reika tanpa jeda
“Mungkin… Masalahnya di situ.” Agra menyambut jawaban Reika dengan ragu.
Wajah gadis segera berubah kebingungan. Hanya sebuah “Ehh?” yang keluar menanggapi kalimat terakhir Agra.
Sepertinya Agra pun tahu pikiran tersebut sedikit agak nyerempet tidak masuk akal. Buah pikirnya yang terlalu aneh ini juga terlalu mengganjal.
“Ok, mungkin ini kedengeran aneh. Tapi dengar dulu. Semenjak kamu liat si Tadashi-Tadashi itu kamu ngerubah tumbs picture di aplikasi chat mu, posting entah berapa foto yang kamu screen capture dari film, bahkan gambar kita di hapemu udah diganti ama gambar Tadashi. I’m… worried.”
Agra tersenyum kecut saat melihat Reika malah tersenyum lebar mendengar pengakuannya. Perlu keberanian setingkat gatot kaca untuk mengeluarkan pikiran teraneh yang pernah dimilikinya.
“Jangan nyegir lebar-lebar deh! Jelek tau!” Protes Agra
“Kamu jealous yaaa?” Goda Reika.
Agra hanya memalingkan wajahnya. Bullseye. Dia memang cemburu. Pada sebuah tokoh imajiner 3D dari film kartun anak-anak. Tapi, iya, dia cemburu.

-

Dalam pikirnya, Agra punya alasan kuat untuk cemburu, bahkan mungkin merasa terancam dengan mabuknya Reika pada Tadashi Hamada. Tadashi Hamada yang adalah seorang ilmuan jenius. Tadashi Hamada tokoh lovable ke-kakak-an. Tadashi Hamada yang menciptakan robot yang bisa berguna bagi perawatan kesehatan di masa depan. Tadashi Hamada yang bahkan jauh lebih tampan dari dua pangeran di fim Frozen. Tadashi Hamada yang imajiner.
                Poin terakhir membuat Agra ingin meninju tembok terdekat. Ayolah, dia imajiner!, logikanya berontak.
                Namun, Agra mampu bersumpah bahwa dia tidak berpikir terlalu aneh. Ini semua salah Oga Tatsumi.

-

                “Gue mirip siapa?” Tanya Agra saat Reika, gadis yang dikenalnya minggu lalu mengatakan ia mirip seseorang dengan nama asing.
Agra mencoba menahan senyumnya. Mungkin ia mirip artis idola yang sedang digandrungi sekarang.
    “Ini!” Reika menunjukan sebuah gambar di selulernya.
                Gambar kartun.
                “Heeeee? Mirip apanya?”
                “Mirip tau! Gue pertama ketemu lo pas lo lagi megang ponakan lo gitu. Tapi muka lo jutek gila! Dingin-dingin cool. Kayak si Oga dan bayi ini…”
                Agra mencoba mengingat-ingat momen itu. Ia bertemu Reika dipernikahan sepupunya. Ia lelah, karena malam sebelumnya baru saja menyelesaikan rapat proyek sampai dini hari. Walaupun iya tidak bisa mengingat apakah wajahnya saat itu jutek, yang jelas ia kurang tidur, dan lebih memilih untuk menjaga keponakannya, Miki. Namun lelahnya terangkat ketika ia melihat seorang gadis terkesima menatapnya. Gadis yang menarik, pikir Agra saat itu. Dan atas dasar syaraf-syaraf kepala yang lemah karena kurang beristirahat, Ia melakukan sebuah hal yang tak pernah ia coba sebelumnya.  He made a move.

-

                Reika masih saja tak percaya Agra sebegitu terganggunya dengan keberadaan Tadashi Hamada. Walaupun akhirnya Agra memberikan jawaban yang cukup logis di sebuah pesan singkat yang diterimanya sore ini.

You like me because I look like that guy with a baby cartoon. Dan dengan sebegitu gilanya kamu dengan Tadashi sekarang, mungkin aja kan alam bawah sadar kamu mencari sosok kayak dia.

                “I’m not that weird!” Reika mendengus saat membaca text itu.
                “Order up for Reka.”
                “Ya, saya!” Jawab Reika. Pasti nama gue ditulis salah lagi deh, pikirnya.
                Reika meraih order di counter dan segera menancapkan sedotan saat suara di belakangnya  memanggil  “Mbak, maaf, kayaknya itu Frappe saya.”
                Reika menoleh dan seorang laki-laki muda dengan baseball cap berwajah familiar memandangnya dengan wajah bingung.
                “Order up for Reika” Seru si barista.
                “Oh my God!” Reika memekik.

-

                   Reika Andari:  Sekali maaf ya buat yang tadi :(
        Reka Yamada: Gapapa sih. It’s not everyday I get an order exchange, and number exchange afterwards X). It was nice talking to you.
        Reika Andari: Hahaha. Same here. Btw, lo mirip siapa ya?
        Reka Yamada: Siapa hayoooo?
        Reika Andari: Ok this might sounds crazy, tapi lo mirip Tadashi Hamada. Tokoh di film Big Hero Six
        Reka Yamada: Because i’m half Japanese? That’s so un-cool!
        Reika Andari: Nooo.. Ya ampun, enggak!!
        Reka Yamada: Hahaha. Got you!
        Reika Andari: Gak lucu X(
        Reka Yamada: Bercanda2. I know that movie. Bahkan relatable banget ama gue itu film
        Reika Andari: Oh ya?
        Reka Yamada: Iya, I’m a PhD student in Robotic Engineering

-