Sunday, August 25, 2013

Replay



Tubuhnya masih bergetar satu jam setelah layar televisi di depannya memberitakan jatuhnya pesawat yang membawa Kendra. Padahal ia masih bisa merasakan gadisnya itu memeluknya erat sebelum pergi. Ia juga masih bisa mengendus parfum Eternal Jasmine yang selalu Kendra  pakai. “Jangan lupa makan yang sehat” kalimat terakhir gadisnya sebelum pintu bandara menelannya. 

Kini semua itu terus berputar dikepalanya bercampur dengan bayangan goncangan pesawat yang pasti membuat gadisnya ketakutan luar biasa.

Jika ia tahu apa yang akan terjadi ia akan memeluk gadisnya itu lebih erat. Peduli setan, ia bahkan tak akan membiarkan gadisnya menginjakan kaki di bandara itu sekalipun!

-

“Bangun, bangun, baaaangunnn...” seru suara familiar yang sangat menganggu.
Ia membuka matanya dan melihat Kendra di depannya.
“Gak ngantor?” tanya Kendra dengan sendok kayu ditangannya.
Ini mungkin mimpi. Seperti di film-film, bukan? Pikirnya berasumsi. Ia sedang mengalami shock hebat sampai memimpikan gadisnya, membangunkannya, sebuah bayangan tentang versi kehidupan yang ia inginkan selama ini. Baiklah, ia akan memainkan perannya di mimpi ini.
“Umh, iya ngantor... Kamu juga ngantor?”  
“Iya laaahh, ngapain bangun pagi-pagi kalo gak ngantor. Aku udah nyiapin sarapan ama bekal lho. Baby kailan lagi gak apa ya? Masih banyak, takut jadi jelek kalo gak di habisin”
Ia mengangguk sambil tersenyum. Ini mimpi terbaik yang ia miliki. dan ia harap tak akan pernah bangun lagi.

-

“Bangun, bangun, baaaangunnn...” seru suara familiar yang sudah lagi tidak menganggu.
“Iya, iya, aku ngantoooorr...”
“Hehehe, gitu dooong...”
“Abis masak baby kailan lagi?”
“Kok tau?”
“Nebak aja”  

-

“Bangun, bangun, baaaangunnn...” seru suara familiar yang tidak bosan menganggunya.
 Jika boleh jujur ia pun tidak bosan. Terserah pagi seperti ini mau berulang berapa kali. Terima kasih, Tuhan! Batinnya berseru setiap pagi.
“Udah banguuunnn, udah banguuunnn... ” Jawabnya antusias.
“Hore!”
“Hore makan baby kailan!!”
“Lho kok tau? Kemaren buka-buka kulkas ya? Maap belinya kebanyakan”
“Gak apa kok...”

-

Maka ia pun menjalani mimpinya dengan sepenuh hati, tidak seberkas rasa jenuh pun menghampirinya. Hidup macam apa lagi yang bisa ia inginkan jika bukan seperti ini. Rangkaian harinya dibuka dengan gadisnya, yang sudah menjadi teman hidupnya, membangunkannya, memasakan sarapan dan bekal yang tidak proporsional karena sepertiganya berisi porsi sayuran. Lalu ia akan pergi untuk menghadapi meeting yang tidak pernah ia mengerti, untuk kembali pulang dan berhadapan dengan cheesecake lemon yang dimakan harus dengan saus coklat karena terlalu asam. Hidup, atau mimpi, ini indah. Sekali lagi, Terima Kasih, Tuhan!

-

Pagi-pagi dan hari-hari berikutnya masih berulang layaknya sebuah video dengan tombol replay yang akan teraktivasi otomatis setelah detik terakhir. Namun, sebuah anomali terjadi saat Kendra menanyakan,
“Kamu gak pernah merasa jenuh?”
Ia terdiam mendengar perkataan itu.  Pertanyaan ini tidak ada di hari-hari sebelumnya. Ia hafal benar setiap detik yang terjadi, dan saat ini, saat gadisnya sedang menyuap sepotong cheesecake, kalimat yang akan ia katakan seharusnya “Aseeeemm... pake coklat aja ya makannya.”
“Hey, kamu gak dengar pertanyaanku?”
“Denger. Ehm, jenuh, enggak, kan ada cheesecake.”
“Gak nyambung. Besok pergi yuk, ke Bali.”
“Hah, besok? Emang gak ngantor?”
“We have to make the best, as if it’s our last.” Jawab gadisnya antusias.

-

Tubuhnya bergetar hebat saat melihat  tatapan kosong Harvey. Dengan pelan ia mengarahkan kursi rodanya mendekat.  Menggenggam tangan pria yang ia peluk sebelum pesawat sial itu jatuh dan membuatnya lumpuh.
“Aku pulang, sayang.” Bisiknya pelan.  

No comments:

Post a Comment