Tubuhnya masih bergetar
satu jam setelah layar televisi di depannya memberitakan jatuhnya pesawat yang membawa
Kendra. Padahal ia masih bisa merasakan gadisnya itu memeluknya erat sebelum
pergi. Ia juga masih bisa mengendus parfum Eternal Jasmine yang selalu Kendra pakai. “Jangan lupa makan yang sehat” kalimat
terakhir gadisnya sebelum pintu bandara menelannya.
Kini semua itu terus
berputar dikepalanya bercampur dengan bayangan goncangan pesawat yang pasti
membuat gadisnya ketakutan luar biasa.
Jika ia tahu apa yang
akan terjadi ia akan memeluk gadisnya itu lebih erat. Peduli setan, ia bahkan tak akan
membiarkan gadisnya menginjakan kaki di bandara itu sekalipun!
-
“Bangun, bangun,
baaaangunnn...” seru suara familiar yang sangat menganggu.
Ia membuka matanya dan
melihat Kendra di depannya.
“Gak ngantor?” tanya Kendra
dengan sendok kayu ditangannya.
Ini mungkin mimpi. Seperti
di film-film, bukan? Pikirnya berasumsi. Ia sedang mengalami shock hebat sampai
memimpikan gadisnya, membangunkannya, sebuah bayangan tentang versi kehidupan
yang ia inginkan selama ini. Baiklah, ia akan memainkan perannya di mimpi ini.
“Umh, iya ngantor... Kamu
juga ngantor?”
“Iya laaahh, ngapain
bangun pagi-pagi kalo gak ngantor. Aku udah nyiapin sarapan ama bekal lho. Baby
kailan lagi gak apa ya? Masih banyak, takut jadi jelek kalo gak di habisin”
Ia mengangguk sambil
tersenyum. Ini mimpi terbaik yang ia miliki. dan ia harap tak akan pernah
bangun lagi.
-
“Bangun, bangun,
baaaangunnn...” seru suara familiar yang sudah lagi tidak menganggu.
“Iya, iya, aku
ngantoooorr...”
“Hehehe, gitu dooong...”
“Abis masak baby kailan
lagi?”
“Kok tau?”
“Nebak aja”
-
“Bangun, bangun,
baaaangunnn...” seru suara familiar yang tidak bosan menganggunya.
Jika boleh jujur ia pun tidak bosan. Terserah pagi
seperti ini mau berulang berapa kali. Terima kasih, Tuhan! Batinnya berseru
setiap pagi.
“Udah banguuunnn, udah
banguuunnn... ” Jawabnya antusias.
“Hore!”
“Hore makan baby kailan!!”
“Lho kok tau? Kemaren buka-buka
kulkas ya? Maap belinya kebanyakan”
“Gak apa kok...”
-
Maka ia pun menjalani
mimpinya dengan sepenuh hati, tidak seberkas rasa jenuh pun menghampirinya. Hidup
macam apa lagi yang bisa ia inginkan jika bukan seperti ini. Rangkaian harinya
dibuka dengan gadisnya, yang sudah menjadi teman hidupnya, membangunkannya,
memasakan sarapan dan bekal yang tidak proporsional karena sepertiganya berisi
porsi sayuran. Lalu ia akan pergi untuk menghadapi meeting yang tidak pernah ia
mengerti, untuk kembali pulang dan berhadapan dengan cheesecake lemon yang
dimakan harus dengan saus coklat karena terlalu asam. Hidup, atau mimpi, ini
indah. Sekali lagi, Terima Kasih, Tuhan!
-
Pagi-pagi dan hari-hari
berikutnya masih berulang layaknya sebuah video dengan tombol replay yang akan
teraktivasi otomatis setelah detik terakhir. Namun, sebuah anomali terjadi saat
Kendra menanyakan,
“Kamu gak pernah merasa
jenuh?”
Ia terdiam mendengar
perkataan itu. Pertanyaan ini tidak ada
di hari-hari sebelumnya. Ia hafal benar setiap detik yang terjadi, dan saat
ini, saat gadisnya sedang menyuap sepotong cheesecake, kalimat yang akan ia katakan
seharusnya “Aseeeemm... pake coklat aja ya makannya.”
“Hey, kamu gak dengar
pertanyaanku?”
“Denger. Ehm, jenuh,
enggak, kan ada cheesecake.”
“Gak nyambung. Besok pergi
yuk, ke Bali.”
“Hah, besok? Emang gak
ngantor?”
“We have to make the
best, as if it’s our last.” Jawab gadisnya antusias.
-
Tubuhnya bergetar hebat
saat melihat tatapan kosong Harvey. Dengan
pelan ia mengarahkan kursi rodanya mendekat.
Menggenggam tangan pria yang ia peluk sebelum pesawat sial itu jatuh dan
membuatnya lumpuh.
“Aku pulang, sayang.” Bisiknya
pelan.
No comments:
Post a Comment